Senin, 14 Desember 2009

MY MOM MY ANGEL


Di tengah gemercik air hujan turun, aku dan ibuku tengah duduk santai di ruang keluarga. Ibuku menceritakan tentang masa kecilku saat kini aku mulai beranjak dewasa. Beliau menceritakan bahwa semasa kecil aku sangat gendut sehingga banyak sekali tetanggaku yang suka gemes sama aku. Saat aku main ke rumah tetanggaku pasti aku "ditanggap" Untuk menari dengan diiringi musik dangdut. Ketika aku mendengar ini seketika aku tertawa terbahak-bahak. "Masa' sich Bu??" Tanyaku tak percaya. Ibuku hanya menjawab dengan anggukan. Ibuku segera melanjutkan ceritanya. Setelah "ditanggap" Aku diberi imbalan dari buah sampai telur bebek. Tapi anehnya aku tidak langsung memakannya melainkan membawa pulang ke rumah dulu setelah itu baru kembali lagi ke rumah tetangga.
Selain itu, ibuku juga bercerita ketika aku berusia 3 tahun, aku pernah memasukkan crayon ke dalam hidungku. Dalam hati aku berkata "Entah apa yang aku pikirkan saat itu". Dan ditempat kejadian ada kakakku yang menungguiku tapi dia tidak tahu kalau aku memasukkan crayon ke dalam hidungku. Kakakku segera memberikan kabar kepada ibuku. Ibuku segera membawaku ke dokter. Aku tak tahu pasti bagaimana ekspresi ibuku tapi yang pasti beliau sangat cemas. Memang tak perlu diragukan lagi bahwa ibu selalu ada disamping kita saat susah dan senang. Seandainya saat itu ibuku tidak segera membawaku ke dokter, entah apa yang akan terjadi padaku.
Tak terasa air mataku jatuh membasahi pipiku, aku berlari menuju kamar mandi. Aku menangis mengingat ketulusan ibuku yang merawat aku sejak kecil, beliau rela mengayuh sepeda menuju tempat kerjanya hanya untuk membiayai sekolah kedua putrinya. Hanya untuk melihat kedua putrinya berhasil dan bahagia. Hanya untuk melihat senyuman manis terlukis dari bibir mungilku. Betapa piciknya aku saat aku berpikir bahwa ibu tidak menyayangiku. Ketika aku meminta baju baru saat lebaran tetapi wanita separuh baya itu berkata " Kenapa harus membeli baju baru kalau masih ada baju yang lama?". Aku marah sekali saat itu, dan sekarang aku menyadari kalau apa yang aku perbuat itu salah. Ketika aku meminta sepeda motor baru tapi ibuku juga menolaknya karena lebih baik untuk biaya kebutuhan yang lain. Aku sedikit marah saat itu, namun aku mengertia bahwa kebutuhanku dan kakakku sangat banyak, sehingga aku tidak boleh egois. Aku harus memikirkan ibuku, bapakku, dan kakakku. Masih banyak yang lebih penting daripada sepeda motorku.
Aku keluar dari kamar mandi setelah mengusap air mataku, aku tak ingin ibuku melihat aku bersedih. Saat ibuku bertanya apakah aku ingin mendengar ceritanya lagi atau tidak. Dengan secepatnya aku menjawab "Tidak usah Bu. Aku mau mengerjakan pr". Aku segera masuk kamar, di dalam kamar aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa aku akan membahagiakan kedua orangtuaku. Aku akan memberikan yang terbaik dari yang terbaik untuk mereka. Aku ingin ibu dan bapakku hadir saat aku wisuda. Aku ingin mereka tersenyum dan bangga kepadaku.
Terima kasih ibu, engkau telah mempertaruhkan nyawa hanya untuk membawaku melihat lika-liku kehidupan. Terima kasih ibu, engkau telah memberikan yang terbaik untukku. Maaf ibu, jika aku telah menyakiti hatimu. Maaf ibu, jika aku telah membuatmu marah. Hanya satu yang ingin kuucapkan "I LOVE MY MOM, YOU ARE MY ANGEL".

Untukmu Bunda

Saat aku kesepian
Engkau selalu ada disampingku
Saat aku dalam kesusahan
Engkau selalu membantuku

Ketika aku telah berbuat kesalahan
Engkau tulus memaafkanku
Ketika aku terjatuh dalam keterpurukan
Engkau dengan sabar menuntunku

Bunda....
Tak ada yang lebih berarti
Tak ada yang lebih berharga
Selain Bunda....

Untukmu Bunda....
Akan kulakukan semua
Akan kuberikan semua
Hanya untukmu Bunda....