Minggu, 25 Desember 2011

♥ Aku Mencintaimu IBU ♥

IBU...

Terima kasih engkau telah bersedia mengandungku
Terima kasih engkau telah mengijinkanku melihat dunia ini
Terima kasih engkau telah tulus merawatku
Terima kasih engkau telah mencurahkan kasih sayangmu
Terima kasih engkau telah membagi kebahagiaan kepadaku
Terima kasih engkau telah membimbingku menjadi pribadi yang tangguh
Terima kasih engkau telah memberikan semangat dalam hidupku
Terima kasih untuk segalanya IBU...

Maaf jika aku pernah membuat IBU marah
Maaf jika aku pernah membuat IBU kecewa
Maaf jika aku pernah membuat IBU terluka
Maaf jika aku pernah membuat IBU menangis
Maaf jika aku belum bisa mempersembahkan yang terbaik untuk IBU
Maaf jika aku akan slalu menyusahkan IBU

IBU...
YOU ARE MY EVERYTHING ♥♥♥

AKU MENCINTAIMU IBU...

Ciptakan Kebahagiaan "Bagian Dua"

Bel istirahat baru saja berdering beberapa detik yang lalu.
“ Kantin yuk... ” ajak Rasya.

“ Males ah, udah nggak nafsu makan. Gara-gara ulangan dadakan Matematika tadi. Udah semalem kagak belajar. Tau deh, gue dapet berapa ” jawab Bela ketus.

“ Gitu aja loe pikirin. Santai ajalah... ” sahut Rasya sambil cengar-cengir.

“ Loe sih enak. Udah pinter dari sononya. Lha gue.? Belajar nggak belajar tetep ajaaa hasilnya ” sanggah Bela.

“ Udah deh nggak usah mulai lagi, ayoookkk ke kantin sekarang...!!! ” paksa Rasya dan menarik lengan Bela.

Dengan terpaksa Belapun menuruti kemauan dari sahabatnya itu. Mereka berdua sudah menjalin persahabatan dua tahun yang lalu. Bisa dibilang mereka itu bagai bumi dan langit. Seratus delapan puluh derajat berbanding terbalik. Yang satu orangnya super cuek abis, tapi yang satunya lagi perduli banget sama yang namanya penampilan. Meskipun begitu, mereka berdua saling menutupi dan melengkapi satu sama lain. Karna memang begitulah persahabatan. Selalu ada kekurangan dan kelebihan untuk menjadikan sebuah persahabatan lebih bermakna.

“ Mbak, bakso dua sama es teh dua ” pesan Bela pada penjual Bakso.

Bakso di sini memang terkenal enak. Makanya yang antri bejibun. Nggak Bela namanya kalo nggak bisa dapet tempat antri paling depan. Hahaha...

“ Berrreeessss... ” jawab penjual bakso mantap.

“ Nggak pake lama...!!! ” seru Bela sambil mengangkat kedua alisnya dan disambut dua jempol dari mbak penjual bakso.

Bela berjalan santai meninggalkan antrian panjang itu. Sampai-sampai dia tidak memperhatikan seorang cowok yang melintas di depannya.
Pyarr...pyarr...pyarr...
Nampan yang berisi semangkok bakso dan segelas es teh terlepas dari tangan cowok itu.

“ Ooopss...Sorry sorry sorry... ” kata Bela panik dan memungut pecahan-pecahan itu.

“ Udah udah, biar gue aja ”
seru cowok berkaca mata itu.

“ Sorry yah gue nggak sengaja ” jawab Bela dan terus memunguti pecahan kaca tanpa memperdulikan ucapan cowok yang berada di depannya.
Dan tiba-tiba saja...

“ Addduuuuuhhhh... ” teriak Bela.

Jari telunjuknya terkena pecahan kaca. Darah segar mengalir dengan cepatnya. Cowok bertampang manis itu tak tinggal diam. Dia segera menarik tangan Bela dan menghisap darah yang bercucuran dari telunjuknya. Seketika Bela merasakan debaran jantung yang berbeda.

“ Perasaan seperti apakah ini ? ”
gumam Bela dalam hati.

“ Udah gue bilang kan, nggak usah. Gini nih jadinya ”
kata cowok itu lembut.

Dia mengambil plester dari sakunya dan segera menempelkannya ke jari telunjuk Bela. Tapi, yang diajak bicara malah bengong. Rupanya Bela terpesona menatap cowok yang berada di depannya.

“ OMG...!!! Loe kenapa.? ” tanya Rasya setengah menjerit setelah mendapati sahabatnya tengah duduk di lantai.

“ Hehehe. Gue nggak pa-pa kog. Luka kecil doang ”
jawab Bela cengengesan.

“ Makasih yahh udah nolongin sahabat gue ” kata Rasya pada cowok berambut cepak itu.

“ It’s okay... ” jawabnya enteng.

“ Gue cabut dulu ” lanjutnya dan berlalu.

Baru beberapa langkah cowok itu pergi, tiba-tiba saja Bela memanggilnya.

“ Tungguuuu... ” teriaknya.

“ Makasih yah ”
sambungnya basa-basi dan hanya disambut senyuman.

“ BAGAS RADITYA PUTRA ”
Bela membaca nama yang tertera di seragam cowok itu.

“ Yes, gue tau nama loe ”
sorak Bela dalam hati.

“ Eh, loe kenapa sih ? Senyum-senyum sendiri. Aneh deh ”
celetuk Rasya yang ganjal melihat tingkah laku sahabatnya.

“ Hah...Nggak kog. Loe kali yang aneh. Hehehe... ” sanggah Bela.

“ Udah ah, balik yuk... ” ajak Bela dengan nada setengah memaksa.

“ Loh...kita kan belum makan ”
tolak Rasya.

“ Ntar aja istirahat kedua. Kita udah telah masuk kelas nih ” paksa Bela dan menarik tangan sahabatnya itu.

♥º°˚˚♥ ♥º°˚˚♥ ♥º°˚˚♥

Narsis Begins Part 2



In Gading Fajarrr...



Fitri's House














Pose dulu sebelum diarak keliling kampung



MIPA PHORIAAAAA



Narsis bentar :p

to be continue...

Minggu, 18 Desember 2011

Ciptakan Kebahagiaan "Bagian Satu"

Bela mempercepat langkah kakinya. Hujan yang berlahan turun semakin bertambah deras. Hangatnya sinar mentari seketika tertutupi kabut putih.

“ Aduh, pake hujan segala sih...!!! ” gerutu Bela.

Matanya sibuk mencari tempat untuk berteduh. Semua orang yang berada di sekitarnya juga melakukan hal yang sama guna menyelamatkan diri dari guyuran hujan. Tepat di depan sebuah emperan toko Bela menghentikan langkahnya. Seragam putih abu-abu yang dikenakannya basah kuyup.

“ Mana nggak bawa baju ganti lagi. Sial deh gue hari ini...!!! ” celoteh Bela.

Ia mengeluarkan benda kesayangannya dan mencari beberapa nama yang ada di phonebooknya. Sudah beberapa kali dia mencoba menghubungi, tapi tak ada satupun yang tersambung.

“ Arrggghhh....Pada kemana semua sih...!!! Nggak tau apa gue kedinginan di sini...!!! ” teriak Bela dan menarik perhatian beberapa orang yang berada di sekitarnya. Tapi, Bela terkesan cuek menanggapi hal itu. Tiba-tiba saja di depannya berdiri seorang gadis kecil dan membawa sebuah payung.

“ Mbak payung.? ” tawar gadis itu.

Tanpa pikir panjang, Bela segera mengiyakan tawaran itu. Bela berlindung di bawah payung, sedangkan gadis kecil itu berjalan disampingnya. Ia membiarkan tetes hujan yang turun membasahi dirinya. Bela segera memberhentikan taxi yang lewat dan mengembalikan payung yang dibawanya.

“ Ini buat kamu ” kata Bela sambil menyerahkan selembar uang sepuluh ribu.

“ Nggak ada kembaliannya mbak ”
jawab gadis kecil itu polos.

“ Ambil aja buat kamu ”
sambung Bela segera.

“ Ya sudah mbak, besok-besok aja kalo kita ketemu lagi ”
serunya dan berlari pergi meninggalkan Bela.

Bela terkesan dengan gadis pembawa payung itu. Gadis kecil seperti dia harus merasakan pahitnya dunia ini sebelum merasakan manis. Atau bahkan selamanya ia hanya bisa merasakan hidup yang seperti itu. Melawan terik matahari, membiarkan dingin merasuk ke dalam tubuh mungilnya, atau bahkan melupakan kebahagiaan yang seharusnya ia dapatkan. Betapa miris nasibnya.

“ Kemana mbak.? ” tanya supir taxi dan membuyarkan lamunan Bela.

“ Eh, Dr.Sutomo pak... ”
jawabnya.

♥º°˚˚♥ ♥º°˚˚♥ ♥º°˚˚♥

Sabtu, 03 Desember 2011

Narsis Begins Part 1



Narsis 1. Depan taman kampus



Narsis 2. Tangga tetangga sebelah



Narsis 3. Daripada bengonn...!!! huakkak



Narsis 4. At SSC



Narsis 5. Numpangg lewaatttss..Hahaha



Narsis 6. Masang muka jelek

to be continue...