Rabu (11/11) terjadi pemadaman air secara menyeluruh di lingkungan tempat tinggal saya. Pemadaman ini dilakukan karena ada kebocoran pipa pada salah satu titik saluran air ....... Pemadaman terjadi pada pukul 05.00 – 22.00 wib. Selama itu pula kebutuhan air bersihpun terhambat. Dan membuat aktivitas rumah tangga Tidak berjalan seperti biasanya. Misalnya saja untuk mencuci baju, mandi, dan kebutuhan yang lain.
Karena tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu dari petugas maka saya dan keluarga tidak ada persiapan khusus, sehingga tidak ada cadangan air. Sehingga saya beserta keluarga harus meminta air kepada tetangga yang tidak menggunakan jasa perusahaan air untuk kebutuhan mandi. Saya harus mengambil air dari tetangga saya dengan berjalan kaki dengan beberapa ember. Mengangkat satu ember saja sudah capek sekali rasanya padahal saya harus mengangkat lima ember. “Berat sekali ternyata” keluhku pada kakakku. “Baru gitu aja sudah ngeluh” ungkap kakakku. Saya berhenti sejenak untuk beristirahat beberapa menit. Saat itu pula, aku teringat dengan tetangga ibuku di desa. Mereka harus “ngangsu” (mengambil air) dengan cara dipikul dari sungai menuju rumah mereka yang berjarak lumayan jauh. Tak dapat saya bayangkan betapa letihnya mereka. Dan itu tidak hanya mereka lakukan satu atau dua kali saja tapi setiap hari. Kalau saya angkat tangan saja. Dari sini aku mengerti ternyata suatu kegiatan yang kita lihat itu mudah, kalau kita mencobanya ternyata susah sekali. Maka dari itu kita tidak boleh meremehkan pekerjaan orang lain.
Selain itu, sekarang saya mengerti bahwa betapa berartinya setetes air untuk kehidupan. Tanpa air kita tidak akan bisa bertahan hidup karena air adalah kebutuhan pokok manusia. Air yang selama ini saya buang secara berlebihan ternyata sangat saya butuhkan walau setetes saja. Tanpa ada pemadaman air ini mungkin saya tidak akan tahu bahwa air sangat penting untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari.
Karena tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu dari petugas maka saya dan keluarga tidak ada persiapan khusus, sehingga tidak ada cadangan air. Sehingga saya beserta keluarga harus meminta air kepada tetangga yang tidak menggunakan jasa perusahaan air untuk kebutuhan mandi. Saya harus mengambil air dari tetangga saya dengan berjalan kaki dengan beberapa ember. Mengangkat satu ember saja sudah capek sekali rasanya padahal saya harus mengangkat lima ember. “Berat sekali ternyata” keluhku pada kakakku. “Baru gitu aja sudah ngeluh” ungkap kakakku. Saya berhenti sejenak untuk beristirahat beberapa menit. Saat itu pula, aku teringat dengan tetangga ibuku di desa. Mereka harus “ngangsu” (mengambil air) dengan cara dipikul dari sungai menuju rumah mereka yang berjarak lumayan jauh. Tak dapat saya bayangkan betapa letihnya mereka. Dan itu tidak hanya mereka lakukan satu atau dua kali saja tapi setiap hari. Kalau saya angkat tangan saja. Dari sini aku mengerti ternyata suatu kegiatan yang kita lihat itu mudah, kalau kita mencobanya ternyata susah sekali. Maka dari itu kita tidak boleh meremehkan pekerjaan orang lain.
Selain itu, sekarang saya mengerti bahwa betapa berartinya setetes air untuk kehidupan. Tanpa air kita tidak akan bisa bertahan hidup karena air adalah kebutuhan pokok manusia. Air yang selama ini saya buang secara berlebihan ternyata sangat saya butuhkan walau setetes saja. Tanpa ada pemadaman air ini mungkin saya tidak akan tahu bahwa air sangat penting untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar