Sabtu, 01 Februari 2014

Romansa Cinta di Kayangan Api

        Pagi ini aku kembali...ke tempat pertama kali aku merasakan indahnya jatuh cinta, nikmatnya dicintai, bahagianya mencintai, berdebar yang luar biasa, dan sejuta cerita yang tak akan sanggup untuk dilupakan dalam sekejap. Itu semua berawal ketika kamu menyelinap masuk dalam dunia kecilku.

Kayangan Api, 30 Januari 2011

Dingin angin malam menggugah hatiku untuk tidak melewatkan malam ini begitu saja. Ditemani suara api yang terdengar membara membuat suasana menjadi hangat. Tiap akhir bulan sekolah kami selalu mengadakan acara camp seperti ini. Sekarang kami sedang berada di tempat parawisata andalan kota kami. Kayangan api. Terletak pada posisi yang sangat strategis yaitu dikelilingi oleh hutan-hutan yang dilindungi dan bebas dari pencemaran polusi.

Langit malam ini sempurna. Bintang saling bertukar cahaya. Sang rembulan juga terlihat sangat anggun di angkasa. Aku menutup mata dan merasakan hembusan angin malam. Tanpa aku sadari sepasang mata mengawasiku dari kejauhan. Perlahan aku mendengar langkah kaki seseorang mendekat. Dan beberapa saat kemudian ku rasakan sentuhan lembut di pundakku.

Dia adalah teman sekelasku. Kami tidak begitu dekat sebelumnya. Namun, beberapa minggu ini aku terus bersama dia karna beberapa hal. Mungkin karna kami ada di dalam satu organisasi sekolah yang sama. Intensitas pertemuan yang semakin sering juga menjadi alasanku untuk memperhatikan dia lebih dari porsinya. Namanya Reihan. Kalo menurutku dia tidak cakep tapi enak buat dipandang. Kalo kata teman-teman “nggak boseni”. Sikapnya yang ramah membuat setiap orang yang ada disampingnya merasa nyaman. Seperti aku yang betah lama-lama ada didekatnya.

“Gak kerasa ya bentar lagi udah mau lulus” kata Reihan membuyarkan lamunanku.
“Iya. Ketemu dunia baru, ketemu teman-teman baru, dan ketemu petualang baru” jawabku gugup.
“Kita sering banget ngobrol berdua kayak gini ya ? Kenapa aku seneng banget ya deket kamu ?” tanyanya dan membuatku kehilangan suara.

Beberapa menit kemudian semuanya terdiam. Membiarkan suara alam sekitar mengalun. Kami menatap satu titik yang sama. Api yang ada di depan mata kami. Begitu sangat membara. Seperti cinta yang mulai membara diantara kami.

Tanpa aku duga secepat ini dia mengatakannya. Aku tahu dia baru saja putus dengan pacarnya beberapa minggu yang lalu. Persis sebelum kami kenal begitu dekat. Padahal mereka sudah pacaran hampir tiga tahun. Entah ada masalah apa hingga mereka memutuskan untuk jalan masing-masing. Tapi aku tak memungkiri kalo aku juga merasakan hal yang sama. Selalu ada yang kurang ketika aku tak melihatnya setiap hari.

“Kasih aku satu alasan kenapa aku harus nerima kamu ?” tanyaku tegas. Aku tak mau hanya menjadi tempat pelarian semata.

“Tak ada alasan untuk tidak mencintaimu” terangnya singkat.

Deg...benar ! Kita tidak perlu punya banyak alasan untuk mencintai sesuatu. Semakin banyak alasan yang diberikan maka semakin dia tidak tulus untuk mencintai. Apakah secepat itu ? Pertanyaan itu masih selalu mengganggu. Tapi, aku juga merasakan hal yang sama seperti yang dia rasakan. Dan aku putuskan untuk merasakan menjadi manusia lengkap. Mencintai dan dicintai, memiliki dan dimiliki. Api abadi menjadi saksi bisu kisah cinta yang mulai terajut diantara kami.


By: @diantika_
Pengalaman adalah guru terbaik
Fiksi adalah cerminan hati yang termodifikasi

 

Tidak ada komentar: