Sepulang sekolah, Bela menunggu Bagas di gerbang sekolah dengan ditemani Rasya.
“ Sebenarnya loe mau kemana sih sama Bagas.? ” tanya Rasya.
“ Ada deh, pokoknya loe harus ikut. Dijamin bakal dapet pengalaman yang nggak akan pernah loe lupain ” jawab Bela sambil celingak-celinguk mencari Bagas.
“ Yeee...Loe tadi juga udah bilang begitu kali. Tapi sebenarnya kita ini mau kemana.? ” tanya Rasya dengan menyantap roti bakar kesukaannya.
Ketika Bela akan mnjawab pertanyaan sahabatnya itu, Bagas datang dengan menaiki sepeda fixienya.
“ Hai... ” sapa Bela.
“ Hai, ayok sekarang. Udah telat lima belas menit nih ” jawab Bagas.
“ Oke...oke... ” sahut Bela dan segera menarik tangan Rasya.
Sepuluh menit kemudian mereka sampai di depan rumah tua tanpa penghuni. Di sana telah banyak anak-anak kecil yang menunggu. Anak-anak jalanan yang mempunyai semangat hidup tinggi. Semangat untuk merubah kehidupan mereka. Cacha pun terlihat diantara anak-anak kecil itu. Tak ada fasilitas berlebih. Cukup papan tulis dan beberapa meja kecil. Sekitar dua puluh lima anak mengikuti proses belajar ini. Kepedulian Bagas membawa perubahan yang berarti bagi hidup mereka.
“ Sore adik-adik sekalian ” sapa Bagas dengan ciri khasnya.
“ Soreee...kak Bagas ” jawab mereka serempak.
“ Maaf yah kakak datang terlambat. Tadi masih ada pelajaran tambahan di sekolah ” jelas Bagas.
“ Iya nggak apa kak ” jawab Cacha dan diiyakan teman-temannya.
“ Oia, ini ada kakak-kakak baru yang akan membantu kakak untuk mengajar kalian “ ucap Bagas.
Bela dan Rasya segera memperkenalkan diri mereka. Rasya sebenarnya menolak untuk mengajar. Tapi ketika melihat wajah-wajah tak berdoa di depannya hatinya tersentuh sehingga bersedia untuk mengajar mereka.
“ Oke...Untuk mengawali perjumpaan kita kali ini, kita belajar Matematika yahh... ” ucap Bela bersemangat.
Murid-murid kecil Bagas senang dengan adanya keberadaan Bela dan Rasya. Itu terpancar dari senyum merekah di bibir mereka yang tiada henti selama proses belajar berlangsung. Dua jam kemudian...
“ Yah, waktu kita belajar udah selesai ” kata Bela pada murid-murid kecil barunya.
“ Yaaahhhhh... ” sahut mereka kompak.
“ Eits, jangan bersedih gitu ah. Dua hari lagi kita pasti ketemu lagi ” hibur Bagas.
“ Bener kata kak Bagas. Kakak janji deh, besok kakak ke sini sambil bawakan buku yang banyak buat kalian ” sambung Rasya.
“ Waahh...Makasih kak ” ucap mereka senang.
Bagas, Bela dan Rasya berjalan berdampingan meninggalkan murid-murid kecilnya. Pengalaman yang berharga untuk Bela dan Rasya.
“ Makasih yah udah mau bantu gue. Sama anak-anak juga ” kata Bagas.
“ Kita lagi yang harus berterima kasih sama loe. Karna loe, kita ngerti arti hidup yang sebenarnya Tapi, gue paling berterima kasih sama sahabat gue yang satu ini. Karna dia udah mau ngajak gue ke sini ” sambung Rasya dan memeluk Bela.
“ Iiihhh...lebai mulai kumat nih bocah ” kata Bela dan mencoba melepaskan pelukan Rasya.
Bagas tertawa melihat tingkah polah kedua teman barunya.
Perlahan-lahan dia mulai mengagumi Bela. Dibalik sikap cueknya, ternyata tersimpan perhatian yang besar untuk orang-orang pinggiran seperti murid-murid kecilnya.
♥º°˚˚♥ ♥º°˚˚♥ ♥º°˚˚♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar