Sang Pemimpi, novel kedua dari Andrea Hirata setelah Laskar Pelangi. Novel yang menceritakan tentang masa-masa SMA seorang Andrea Hirata bersama dua orang sahabat. Masa-masa SMA yang menegangkan, menyedihkan, dan juga membahagiakan, sama halnya seperti yang ditulis oleh seseorang yang tengah mengejar mimpinya untuk tinggal di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia, di Himalaya. Novel yang telah berhasil membuat saya terhipnotis pada isi cerita dan membuat saya tertawa terpingkal-pingkal, dan membuat saya tidak mampu membendung air mata. Benar-benar novel yang perlu dibaca oleh para generasi muda yang sedang mengejar cia-cita. Dan novel ini special dipersembahkan kepada Ayahnya Seman Said Harun.
Di dalam novel ini menceritakan tentang tiga orang pemuda dalam mengejar mimpi-mimpinya. Tiga orang pemuda tersebut adalah Ikal, Arai, dan Jimbron. Mereka rela bangun pukul tiga pagi untuk mendapatkan upah dari pekerjaan mereka sebagai kuli ngambat (tukang kuli ikan) di dermaga. Dengan kesabaran mereka menjalani segalanya dengan ikhlas dan sabar. Ikatan persahabatan mereka pun sangat kuat. Jika ada salah seorang dari mereka mengalami kesusahan mereka akan saling membantu. Arai adalah sepupu jauh Ikal. Ia hidup sebatang kara setelah kedua orang tuanya meningggal dunia saat ia masih kecil dan diasuh oleh ayahnya Ikal dan menjadi sahabat sekaligus saudara Ikal. Ia dulu tinggal di gubuk yang beratap daun berdinding lelak. Arai juga sangat taat pada agama dan mengajinya pun fasih. Aku sangat kagum dengan pribadi Arai. Ia telah belajar menguatkan dirinya, memiliki ide-ide yang gila, dan aku tidak bisa meneruskan kata-kataku karena terlalu banyak pribadi-pribadi Arai yang membuatku membuka mata dan hatiku lebar-lebar untuk mengerti arti hidup ini. Adapun Jimbron anak tertua dari tiga bersaudara. Namun, nasibnya tak kalah jauh dari Arai, kedua orang tuanya telah tiada tapi seorang pendeta Geovanny, sahabat keluarga Jimbron mengasuh Jimbron sedangkan kedua adiknya di asuh oleh bibinya di Pangkal Pinang. Sejak ayah Jimbron meninggal ia menjadi gagap bicara. Ia adalah penggila kuda, dan ia selalu santai, senang, ikhlas mengejarkan segala sesuatu dan pantang menyerah. Untuk yang lebih lanjut baca novelnya ya!.
Dalam novel ini aku yakin pada kekuatan mimpi, karena Tuhan tau dan mendengarnya. Aku tanamkan cita-cita yang tinggi dan aku jadikan itu sebagai arah tujuanku untuk masa depan. Akan aku lakukan yang terbaik dan memberikan yang terbaik kepada kedua orang tuaku. Aku malu sekali pada diriku sendiri, aku belum memberikan apa-apa yang berarti kepada kedua orang tuaku yang selalu merawat dan mengasihiku. Mereka telah membanting tulang dari pagi sampai sore hanya untuk membiayai aku dan kakakku sekolah. Dan mereka hanya mengharapkan kedua putrinya berhasil. Aku menangis dan menangis tak mampu ku bendung lagi air mata yang sudah di pelupuk mata. Dari novel ini aku belajar untuk berusaha memberikan yang terbaik untuk kedua orang tuaku. Akan aku buat mereka bahagia dan bangga kepadaku. Dan aku akan selalu mengingat perkataan Arai yang diucapkannya untuk Ikal dan telah membangun kepercayaanku lagi untuk mimpiku, “Kita tak’kan pernah mendahului nasib!”. Intinya aku tidak boleh menyerah dan putus asa karena kita tak kan pernah tau apa tengah direncanakan oleh Tuhan besok.
Di dalam novel ini menceritakan tentang tiga orang pemuda dalam mengejar mimpi-mimpinya. Tiga orang pemuda tersebut adalah Ikal, Arai, dan Jimbron. Mereka rela bangun pukul tiga pagi untuk mendapatkan upah dari pekerjaan mereka sebagai kuli ngambat (tukang kuli ikan) di dermaga. Dengan kesabaran mereka menjalani segalanya dengan ikhlas dan sabar. Ikatan persahabatan mereka pun sangat kuat. Jika ada salah seorang dari mereka mengalami kesusahan mereka akan saling membantu. Arai adalah sepupu jauh Ikal. Ia hidup sebatang kara setelah kedua orang tuanya meningggal dunia saat ia masih kecil dan diasuh oleh ayahnya Ikal dan menjadi sahabat sekaligus saudara Ikal. Ia dulu tinggal di gubuk yang beratap daun berdinding lelak. Arai juga sangat taat pada agama dan mengajinya pun fasih. Aku sangat kagum dengan pribadi Arai. Ia telah belajar menguatkan dirinya, memiliki ide-ide yang gila, dan aku tidak bisa meneruskan kata-kataku karena terlalu banyak pribadi-pribadi Arai yang membuatku membuka mata dan hatiku lebar-lebar untuk mengerti arti hidup ini. Adapun Jimbron anak tertua dari tiga bersaudara. Namun, nasibnya tak kalah jauh dari Arai, kedua orang tuanya telah tiada tapi seorang pendeta Geovanny, sahabat keluarga Jimbron mengasuh Jimbron sedangkan kedua adiknya di asuh oleh bibinya di Pangkal Pinang. Sejak ayah Jimbron meninggal ia menjadi gagap bicara. Ia adalah penggila kuda, dan ia selalu santai, senang, ikhlas mengejarkan segala sesuatu dan pantang menyerah. Untuk yang lebih lanjut baca novelnya ya!.
Dalam novel ini aku yakin pada kekuatan mimpi, karena Tuhan tau dan mendengarnya. Aku tanamkan cita-cita yang tinggi dan aku jadikan itu sebagai arah tujuanku untuk masa depan. Akan aku lakukan yang terbaik dan memberikan yang terbaik kepada kedua orang tuaku. Aku malu sekali pada diriku sendiri, aku belum memberikan apa-apa yang berarti kepada kedua orang tuaku yang selalu merawat dan mengasihiku. Mereka telah membanting tulang dari pagi sampai sore hanya untuk membiayai aku dan kakakku sekolah. Dan mereka hanya mengharapkan kedua putrinya berhasil. Aku menangis dan menangis tak mampu ku bendung lagi air mata yang sudah di pelupuk mata. Dari novel ini aku belajar untuk berusaha memberikan yang terbaik untuk kedua orang tuaku. Akan aku buat mereka bahagia dan bangga kepadaku. Dan aku akan selalu mengingat perkataan Arai yang diucapkannya untuk Ikal dan telah membangun kepercayaanku lagi untuk mimpiku, “Kita tak’kan pernah mendahului nasib!”. Intinya aku tidak boleh menyerah dan putus asa karena kita tak kan pernah tau apa tengah direncanakan oleh Tuhan besok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar