Takbir telah berkumandang berarti hari yang dinantipun sudah datang. Dan kita telah sampai pada hari yang Fitri dimana kita sebagai umat Muslim seperti terlahir kembali ke dunia ini. Di hari Raya Idul Fitri tahun ini tepatnya tahun 1429 Hijriah atau tahun 2008 hati saya merasa senang dan lebih tenang. Setelah sholat Ied di masjid di depan rumah saya, saya sekeluarga langsung bermaaf-maafan. Dimulai dari bapak, lalu ibu, kakak perempuan saya, dan tante serta sepupu saya yang tinggal di dekat rumah saya. Setelah itu baru ke rumah tetangga-tetangga terdekat. Jika semua tetangga sudah baru saya dan keluarga melanjtutkan perjalanan ke rumah paman dan tante saya. Dari acara silaturrahmi ke rumah saudara-saudara maupun tetangga hal yang saya sukai adalah jika ada yang berbaik hati untuk memberikan sebagian rezekinya buat saya, apalagi dalam bentuk uang dengan jumlah yang lumayan. Selain itu saya juga bisa mencicipi makanan gratis tanpa dipungut biaya.
Setelah ke rumah saudara-saudara saya melanjutkan perjalanan ke rumah nenek saya di Tulungagung. Perjalanan yang ditempuh kurang lebih tiga jam jika lewat Nganjuk. Tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Apa yang berbeda? Yang berbeda adalah baru tahun ini selama perjalanan saya tidak muntah-muntah atau mabuk. Dulu saya selalu mabuk karena menurut saya jalan yang dilewati di Temayang itu terlalu berkelok-kelok, tapi kemarin rasanya jalannya seperti sirkuit balapan . . . habis belok ke kanan trus ke kiri, naik, turun dan seterusnya. Pokoknya asyik banget, apalagi saya bisa melihat pemandangan dari atas gunung yang indah sekali. Setelah lelah selama perjalanan saya dan keluarga mampir ke sebuah warung di Nganjuk yang warungnya tuh rame pengunjung, tahun sebelumnya pun kami luangkan waktu untuk mampir ke warung itu. Menu yang disediakan adalah es kelapa muda atau biasanya disebut es degan dan soto ayam. Warung ini sangat laris karena air degannya itu dicampur sama susu putih kental, jadinya rasanya enak banget harganya pun murah cuman empat ribu per gelas.
Sesampainya di rumah nenek saya, saya dan keluarga saya langsung meminta maaf sama kakek saya, kemudian keluarga yang lain. Dulu waktu masih ada nenek saya, saya betah banget tinggal di sana karena pasti saya dan kakak saya selalu dipijeti sama nenek saya selain itu nenek saya orangnya sangat penyayang dan humoris. Namun, sekarang nenek saya sudah tidak ada beliau meninggal sekitar tiga tahun yang lalu. Kami semua merasa kehilangan tapi itu sudah kehendak Allah jadi kami hanya bisa mendoakan beliau. Kalo ke tulungagung pasti saya dan kakak saya meminta kepada bapak saya untuk bersilaturrahmi ke Mbah Punjul. Kenapa disebut Mbah Punjul? Karena tinggalnya di Punjul, sedangkan Punjul adalah nama sebuah desa di Tulungaung. Tahun ini ternyata permintaan saya dan kakak saya dikabulkan sama bapak saya karena sudah dua kali lebaran kami tidak ke sana. Saya dan kakak saya senang ke sana karena di belakang rumah bude saya yang tinggal di sana ada aliran sungai yang airnya bening, ada batuan-batuan alamnya juga, dan pemandangan sawah . . . yang hemm keren abis deh pokoknya. Selain itu saya dan kakak saya kan bisa foto-foto di situ dengan background yang alam banget. Kami menginap selama dua hari saja, karena kakak saya harus kembali ke Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar